Kamis, 09 Januari 2020

Ulang Tahun

"Tau apa kamu soal hidup? Taumu cuma ngabisin duit!"

Akumasih ingat jelas, bagaimana ekspresi ibu saat meneriakkan kalimat memilukan itu. Baginya, sejak dulu aku memanglah beban.

Kehadiranku membuatnya putus sekolah. Aku yang membuatnya tak dianggap oleh siapa pun, bahkan oleh keluarganya sendiri. Aku menjauhkan ibuku dari cita-citanya sejak kecil—menjadi dokter.

Ibu bilang, dulu, ia sudah mencoba berbagai macam cara untuk melenyapkanku. Tentunya sebelum orang lain tahu bahwa ibu tengah mengandungku. Namun, semua kelewat cepat.

Ibu juga bilang bahwa dulu sempat berencana menghabisiku, tepat setelah aku lahir. Tapi, dunia seolah berpihak padaku. Napasku tak putus dan tangisanku makin keras terdengar. Membuat ibu, mau tak mau membawaku keluar dari semak belukar penuh serangga.

Kini, usiaku 15 tahun. Dan hingga detik ini, aku tak pernah bisa mrnghilangkan memori menyedihkan tentang ibuku. Ibu yang tak pernah tersenyum. Ibu yang tak pernah bangga akan apa yang berhasil aku raih. Ibu yang tak pernah marah jika aku bermain di antara genangan air hujan di sekitar rumah.

Aku ingat. Aku pernah dilempar keluar rumah saat hujan deras karena memakan mi instan ibu. Aku juga ingat. Ibu pernah membasuh wajahku dengan air genangan sisa hujan semalam. Entah karena apa. Terkadang, semua tak beralasan.

Dan aku juga ingat. Cairan kemerahan menggenang di sekitar tubuh ibu. Tepat setelah aku memotong kue ulang tahunku.

0 komentar:

Posting Komentar