Happy birthday to you
Happy birthday to you
Happy birthday happy birthday
Happy birthday to you
Lagu itu mengalun merdu dari seorang lelaki yang tengah berdiri
di depan pintu. Menelisik gendang telinga dan merambat ke bibirku. Ia di sana. Dengan
sekotak mungil kue, bersama lilin yang masih menyala.
“Tiup dong,” katanya.
Embusan angin dari mulutku menghentikan pijaran lima lilin
yang berdiri diantara kue-kue mungil itu. Ia memberikannya padaku. Ah, dia
selalu tahu apa yang kusuka.
“Oh, iya. Ada lagi,” katanya sambil berlari kecil ke balik
tembok di samping kamarku. “Nih. Buat kamu.”
Lagi-lagi aku hanya bisa tersenyum. Melihat boneka beruang
impianku ada di depan mata. Ditambah, ini menjadi pemberian dari seseorang yang
begitu spesial bagiku.
Aku meraih boneka itu dan memeluknya dengan gembira. “Makasih,”
ucapku singkat. Tak ada yang bisa kukatakan selain itu.
“Aku berharap kamu bisa dapetin semua yang terbaik,” doanya
singkat. Aku hanya mengangguk sambil terus tersenyum saat dia mengusap kepalaku
dengan lembut. “Maaf, aku enggak bisa ngasih kamu banyak. I promise. I’ll do my best. Aku
pamit, ya. Enggak enak kalo lama-lama.”
Malam itu berlalu dengan kepergiannya, keluar dari area
kost-ku. Setiap langkahnya mematri kenangan indah. Kenangan yang tak akan
mungkin aku lupakan.
Siang ini, terik matahari membakar tubuh dan mendidihkan
otakku. Belum lagi panasnya aspal yang terasa merembet melalui sepatu. Membuatku
makin mempercepat langkah ke sebuah gerai minuman yang cukup ramai.
Di sana, aku hanya memesan segelas plastik besar es jeruk. Cukup
untuk pelega dahaga dan mungkin pereda panas yang menyerang tubuh. Aku melangkah
dengan santai ke sebuah meja saat aku mendapatkan pesananku.
Meja itu sebenarnya sudah berisi sepasang manusia. Mungkin kekasih.
Karena kulihat, mereka begitu mesra. Sang lelaki mengusap kepala sang
perempuan, dan terkadang mencium punggung tangannya mesra. Manis bukan? Andaikan
aku bisa seperti itu.
Cuaca yang panas membuat banyak orang berteduh di gerai
pinggir jalan ini. Hampir semua kursi kosong. Tak ada pilihan lain selai tempat di samping pasangan itu. Tanpa gentar dan malu, aku melangkah ke
sana.
Byur!
Es jerukku tumpah saat aku hampir mencapai tempat duduk. Minumanku
mengguyur lelaki dari pasangan yang tampak romantis tadi.
“Ah, sorry. Enggak sengaja,” ujarku meminta maaf.
“Kalo jalan tuh ha ….” Ucapannya terpotong saat dia berbalik
dan menatapku. Mulutnya masih terbuka. Matanya menatapku dari atas hingga ke
bawah dan sebaliknya.
“Seneng? Bahagia?” tanyaku. Lelaki itu masih diam. “Hah, you
did your best, Agra!”
Semua orang menatap saat aku bersuara dengan lantang. Ah,
aku tak peduli. “Fara?” tanyanya lirih.
“Yap, it’s me. I’m your girlfriend. Yang seminggu lalu ulang
tahun dan kamu kasih surprise tengah malam. Yang kamu kasih boneka. Yang kamu
bilangin kalo kamu bakal ngelakuin yang terbaik buat aku. Inget?” sindirku
keras.
Kesal. Aku bukan tanpa sengaja. Aku sudah tahu sejak
beberapa hari lalu dari selentingan teman-teman terdekatu. Aku hanya mencari pembuktian, dan ternyata benar. Ini menyakitkan.
Sungguh.
“Far, aku bisa ….”
“Bisa apa? Bisa bohong? Bisa bilang dia cuma kenalan? Teman?
Atau malah saudaramu? Aku bukan cewek bego, Agra!”
Aku tak bisa lagi menahan amarah. Semua sudah terkumpul di puncak kepala. Seolah mereka akan membuat kepalaku meledak sedetik kemudian.
“Fara ….”
“Shut up, Agra! I’m done with you. Congratulation. You did
your best!”
Tanpa mengindahkan panggilannya, aku melangkah menjauh. Diiringi
tatapan ingin tahu dari semua pengunjung gerai itu. Ah, biar. Aku tak perlu
kembali. Dia tak menginginkanku. Buktinya, dia hanya memanggilku. Sama sekali
tak berusaha mengejar, atau usaha lain.
Januari yang biasanya ku lalui dengan ceria, kini rasanya
berwarna abu-abu. Hampir gelap. Tak kusangka kalau januariku akan berakhir
sepahit ini.
0 komentar:
Posting Komentar